BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
belakang
Sukrosa
adalah gula yang kita kenal sehari-hari, baik yang berasal dari tebu maupun
dari bit. Selain dari tebu dan bit, sukrosa terdapat pada tumbuhan lain,
misalnya dalam buah nanas dan dalam wortel. Dengan hidrolisis sukrosa akan
terpecah dan menghasilkan glukosa dan fruktosa.
Pada molekul sukrosa terdapat ikatan
antara molekul glukosa dan fruktosa, yaitu antara atom karbon nomor 1 pada
glukosa dengan atom karbon nomor 2 pada fruktosa melalui atom oksigen. Kedua
atom karbon tersebut adalah atom karbon yang mempunyai gugus –OH glikosidik
atau atom karbon yang merupakan gugus aldehida pada glukosa dan gugus keton
pada fruktosa. Oleh karena itu molekul sukrosa tidak mempunyai sifat dapat
mereduksi ion-ion Cu 2+ atau Ag+ dan juga tidak membentuk osazon.
Sukrosa oleh HCl dalam keadaan panas
akan terhidrolisis, menghasilkan glukosa dan fruktosa. Hal ini menyebabkan uji
Bennedict dan uji Seliwannof yang sebelum hidrolisis memberikan hasil negatif
akan berubah menjadi positif.
Pati merupakan polisakarida yang
terdapat sebagian besar pada tanaman, terutama golongan umbi seperti kentang
dan biji-bijian seperti jagung dan padi. Pati terbagi menjadi 2 fraksi yang
dapat dipisahkan dengan ait panas. Fraksi terlarut disebut dengan amilosa( ±20%
), dengan struktur makromolekul linier. Uji iodium akan memberikan warna biru.
Sebaliknya fraksi tidak terlarut disebut amilopektin( ±80% ), dengan struktur
bercabang. Penambahan iodium akan memberikan warna ungu sampai merah pada
fraksi ini.
1.2
Tujuan
praktikum
1. Mengidentifikasi
hasil hidrolisis sukrosa
2. Mengidentifikasi
hasil hidrolisis amilum ( pati )
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Karbohidrat
adalah senyawa organik yang mengandung atom karbon, hidrogen, dan oksigen, dan
pada umumnya unsur hidrogen dan oksigen dalam komposisi menghasilkan H2O. Di
dalam tubuh karbihidrat dapat dibentuk dari beberapa asam amino dan sebagian
dari gliserol lemak. Akan tetapi sebagian besar karbohidrat diperoleh dari
makanan yang dikonsumsi sehari-hari, terutama sumber makanan yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan. Sedangkan dalam tubuh karbohidrat berguna untuk mencegah
timbulnya ketosis, pemecahan protein yang berlebihan, kehilangan mineral dan
berguna untuk metabolisme lemak dan protein (Poedjiadi, 2006).
Karbohidrat dibagi dalam 4 golongan yaitu
: monosakarida, disakarida, oligosakarida, dan polisakarida. Monosakarida
adalah karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis menjadi bentuk yang lebih
sederhana. Monosakarida dapat dibedakan berdasarkan banyaknya atom C pada
molekulnya, misalnya triosa dengan 3 atom C; tetrosa dengan 4 atom C; pentosa
dengan 5 atom C; heksosa dengan 6 atom C dan heptosa sengan 7 atom C. Selain itu
dibedakan atas gugus aldehid atau gugus keton yang dikandungnya menjadi aldosa
dan ketosa (Poedjiadi, 2006).
Sukrosa merupakan disakarida yang dapat
dipecah lagi emnjadi dua molekul monosakrida jika dihidrolisis yaitu terpecah
menjadi glukosa dan fruktosa. Sukrosa oleh HCL dalam keadaan panas akan
terhidrolisis,lalu menghasilkan glukosa. Pada uji Sedangkan pati
merupakan polisakarida yang terdapat
dalam alam tidak larut dalam air dan memberikan warna biru dengan iodium. Hasil
hidrolisis pati/amilum adalah glukosa. Hidrolisis pati akan terjadi pada
pemanasan dengan asam encer dimana berturut-turut akan dibentuk amilodeksterin
yang memberi warna biru dengan iodium, eritrodekstrin yang memberi warna merah
dengan iodium serta berturut-turut akan dibentuk akroodekstrin, maltosa, dan
glukosa yang tidak memberi
warna dengan iodium (Lehninger, 1982).
Pati merupakan
polimer dari glukosa
atau maltosa. Unit
terkecil dari rantai pati adalah
glukosa yang merupakan hasil
fotosintesis di dalam bagian tubuh
tumbuh-tumbuhan yang mengandung
klorofil. Pati tersusun atas
ikatan α- D- glikosida. Molekul
glukosa pada pati
dan selulosa hanya
berbeda dalam bentuk ikatannya, α dan β, namun sifat-sifat kimia kedua senyawa
ini sangat jauh berbeda. Proses hidrolisis
pati yaitu pengubahan
molekul pati menjadi monomernya atau
unit-unit penyusunnya seperti
glukosa. Hidrolisis pati
dapat dilakukan dengan bantuan asam atau enzim pada suhu, pH, dan waktu
reaksi tertentu (Ben, E.S, 2007)
Pada hidrolisis pati
dengan menggunakan asam yaitu HCl, larutan pati ditambahkan HCl dan dipanaskan dengan variasi waktu. Larutan asam HCl menghidrolisis
pati melalui proses pemotongan rantai, hasil
pemotongannya adalah campuran
dekstrin, maltosa dan glukosa. ), proses hidrolisis menggunakan katalis asam
juga memerlukan suhu yang sangat tinggi agar hidrolisis dapat terjadi.
Hidrolisis pati dengan asam memerlukan suhu tinggi, yaitu 120 - 160 o C.
Jadi, seharusnya semakin lama pemanasan yang dilakukan, atau semakin tinggi
suhu pemanasannya, maka hidrólisis yang terjadi lebih sempurna (Ben, E.S, 2007).
Uji Benedict Uji ini digunakan untuk pengetesan adanya gula
pereduksi. Hasil tes ini memberikan endapan warna hijau, kuning, atau merah
jingga yang memberikan perkiraaan semikualitatif adanya sejumlah gula yang
mereduksi (Sahara, 2009).
Gula pereduksi merupakan golongan gula (karbohidrat) yang dapat mereduksi senyawa-senyawa
penerima elektron, contohnya adalah glukosa dan fruktosa. Ujung dari suatu gula pereduksi adalah
ujung yang mengandung gugus aldehida atau keto bebas. Semua monosakarida (glukosa, fruktosa, galaktosa) dan disakarida (laktosa,maltosa), kecuali sukrosa dan pati (polisakarida), termasuk sebagai gula pereduksi (Lehninger, 1982)
BAB
III
METODOLOGI
3.1
Alat dan Bahan
Alat Bahan
- Tabung reaksi -
Larutan Sukrosa 1%
- Penjepit tabung reaksi - HCl pekat
- Rak tabung reaksi -
Larutan Iodium
- Pipet ukur -
Pereaksi Bennedict
- Sikat tabung reaksi -
Pereaksi Seliwanof
- Kertas Lakmus -
Pereaksi Barfoed
- Alat pemanas -
NaOH 2%
-
HCl 2N
-
Larutan Amilum 1%
3.2 Prosedur kerja
A. Hidrolisis Sukrosa
1. Memasukkan
5 ml sukrosa 1% kedalam tabung reaksi dan menambahkan 5ml HCl pekat
2. Mencampurkan
dengan baik lalu memanaskan dalam penangas air selama 30 menit
3. Setelah
mendinginkan, menetralkan dengan NaOH 2% dan menguji dengan kertas Lakmus
4. Selanjutnya
menguji dengan Bennedict, Selliwanof dan Barfoed
5. Menyimpulkan
apa yang dihasilkan dari hidrolisisi sukrosa
B.
Hidrolisis
Pati
1. Memasukkan
5ml amilum 1% kedalam tabung reaksi, kemudian menambahkan 2,5ml HCl
2. Mencampurkan
dengan baik, lalu memanaskan dalam penasngas air mendidih
3. Setelah
3menit, menguji dengan Iodium dengan mengambil 2 tetes larutan ditambah 2tetes
Iodium dalam porselen tetes, mencatat perubahan warna yang terjadi
4. Melakukan
uji setiap 3menit ampai hasil berwarna kuning pucat
5. Melanjutkan
hidrolisis selama 5menit lagi
6. Setelah
mendinginkan, mengambil 2ml larutan hasil hidrolisis, lalu metralkan dengan
NaOH 2%, dan menguji dengan kertas Lakmus
7. Kemudian
menguji dengan bennedict
8. Menyimpulkan
apa yang dihasilkan dari hidrolisis pati
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
A. Hidrolisis Sukrosa
Perlakuan
|
Uji
|
Hasil uji
|
5 ml sukrosa 1% + HCl
Pekat + Pemanasan 30 menit
|
Bennedict
|
Warna biru, berubah
warna menjadi bening. pH = 13
|
B. Hidrolisis Pati
Perlakuan
|
Hidrolisis
(menit)
|
Hasil uji Iodium
|
Hasil hidrolisis
|
5 ml amilum 1%
+ 2,5 ml HCl 2N
+ pemanasan
|
3
|
Warna biru
|
|
6
|
Biru pekat
|
|
|
9
|
Biru pekat
|
|
|
12
|
Biru keunguan
|
|
|
15
|
Biru keunguan
|
|
|
18
|
Ungu muda
|
|
|
21
|
Ungu pekat
|
|
BAB V
PEMBAHASAN
Objek
percobaan pada praktikum ini adalah tentang hidrolisis karbohidrat. Dimana
jenis karbohidrat yang digunakan adalah dari jenis disakarida (oligosakarida) yaitu
sukrosa dan dari jenis polisakarida yaitu pati. Tujuan dari praktikum ini
adalah untuk mengidentifikasi hasil hidrolisis dari sukrosa dan pati.
Dari
hasil yang didapatkan pada praktikum diperoleh data bahwa untuk hidrolisis
sukrosa dengan menggunakkan penghidrolisis HCl pekat yang dicampurkan dengan
sukrosa dan kemudian dipanaskan lebih cepat terjadi pengendapan itu membuktikan
adanya monosakarida yang tereduksi, Menurut lehninger (1982) sukrosa dengan HCl
akan menghasilkan glukosa. Jadi menurut kesimpulan saya pada hidrolisis ini
sukrosa menghasilkan glukosa. Kemudian campuran sukrosa dan HCL dinetralkan
dengan NaOH 0,1 N dan menguji dengan kertas lakmus diperoleh hasil bahwa warna
sukrosa mengalami perubahan ketika sukrosa dipanaskan, bahkan dengan uji
benedict juga tidak terjadi perubahan warna.
Untuk
hasil praktikum hidrolisis pati yaitu dengan mencampur amilum dengan HCl
kemudian mencampurnya dengan baik, lalu memanaskan kemudian mengujinya setiap 3
menit sampai menit ke-21 dengan Iodium dengan mengambil 2 tetes larutan dan
menambahkan 2 tetes Iodium dalam porselin tetes hingga menit ke-21 warna yang
dihasilkan adalah biru kehitam-hitaman sedikit. Menurut Lehninger (1982)
hidrolisis pati akan terjadi pada pemanasan
dengan asam encer dimana berturut-turut akan dibentuk amilodeksterin yang
memberi warna biru dengan iodium, eritrodekstrin yang memberi warna merah
dengan iodium serta berturut-turut akan dibentuk akroodekstrin, maltosa, dan
glukosa yang tidak memberi
warna dengan iodium. Jadi, hasil praktikum yang dihasilkan tidak sesuai
dengan teori, kemungkinan besar perbedaan ini terjadi karena berbedanya jenis
pati yang digunakan dan kemungkinan ada kesalahan dalam penentuan warna.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa:
1.
Hasil dari hidrolisis sukrosa adalah
adanya tidak adanya perubahan warna yang terjadi pada saat proses hidrolisis,
atau warna awal sukrosa dan warna akhir sukrosa sama yaitu tetap warna bening,
meskipun telah dilakukan penetralan dan diuji dengan benedict tidak terjadi
perubahan warna.
2.
Hasil hidrolisi pati yang ddiperoleh
adalah, pati yang dihrolisis dengan asam dan pemanasan selama beberapa menit
menghasilkan hasil hidrolisis ptai berwarna ungu.
6.2 Saran
Untuk
praktikum selanjutnya supaya bahan yang akan digunakan lebih lengkap lagi
supaya semua pengujian yang harus dilakukan dapat dilakukan semua. Selain itu
semoga dipraktikum selanjutnya praktikan dapat lebih kondusif dan tenang agar
praktikum yang dilakukan bisa berjalan lebih lancar dan kondusif, sehingga
hasil yang didapat dari praktikum juga efektif dan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ben, E.S., Zulianis, dan Halim, A., 2007.
“Studi
Awal Pemisahan Amilosa dan Amilopektin
Pati Singkong dengan Fraksinasi Btanol-Air”, Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 12, No. 21.
Lehninger,
AL. 1982. Dasar-Dasar Biokimia Jilid 1. Jakarta. Erlangga.
Poedjiadi, A dan Supriyanti, T.
2006. Dasar-Dasar Biokimia Edisi
Revisi. Jakarta. UI-Press.
Suhara. 2009. Dasar-Dasar Biokimia. Bandung. Prisma Press.
JAWABAN DAN PERTANYAAN
Pertanyaan:
1.
Apa kegunaan uji benedict, seliwanof, dan
berfoed dalam hidrolisis sukrosa ini?
2.
Bagaimana cara mengetahui bahwa hidrolisis
pati telah sempurna?
3.
Mengapa larutan hasil hidrolisis harus
dinetralkan terlebih dahulu?
Jawaban:
1. Kegunaan
uji Benedict, seliwanof dan barfoed dalam percobaan hidrolisis sukrosa yaitu :
a. Uji
Benedict dilakukan untuk
membuktikan adanya gula pereduksi pada suatu karbohidrat.
b. Uji Seliwanoff berfungsi untuk membedakan
gugus fungsi dari glukosa. Uji Seliwanoff ini dilakukan untuk membuktikan
adanya kentosa (fruktosa).
c. Uji
Barfoed dilakukan untuk membedakan
antara karbohidrat jenis monosakarida dan disakarida.
2. Cara
mengetahui bahwa hidrolisis pati telah sempurna adalah jika hasil hidrolisis
bereaksi positif dengan direaksikan dengan pereaksi benedict akan membentuk endapan merah bata.
3. Larutan
hasil hidrolisis harus dinetralkan terlebih dahulu supaya larutan hasil
hidrolisis tersebut pH-nya sesuai ketika akan diuji dengan pereaksi benedict,
karena itu diuji juga dengan kertas lakmus, supaya menghasilkan hasil yang
positif.
np831 louis vuitton outlet ai458
BalasHapus