BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Secara biokimia,
karbohidrat adalah polihidroksil-aldehida atau poli hidroksil-keton, atau
senyawa yang menghasilkan senyawa-senyawa ini bila dihidrolisis. Karbohidrat mengandung
gugs fungsi karbonil (sebagai aldehida/keton) dan banyak gugus hidriksil.
Karbohidrat dapat
digolongkan berdasarkan jumlah monomer penyusunnya, ada 3 jenis karbohidrat
berdasarkan penggolongan ini,yaitu monosakarida, oligosakarida dan polisakarida.
Dalam tubuh
manusia sebagian besar karbohidrat terdapat dalam bentuk glikogen yang
tersimpan dalam hati dan jaringan otot. Glikogen dalam tubuh manusia berfungsi
sebagai cadangan energi. Melalui mekanisme kerja hormon dan aktivitas enzim,
glikogen dipecah menjadi unit-unit glukosa.Pada umumnya karbohidrat merupakan
senyawa padat berupa serbuk putih yang mempunyai sifat sukar larut dalam
pelarut non polar, tetapi mudah larut dalam air, kecuali polisakarida
(selulosa) yang tidak larut dalam air. Monosakarida dan disakarida mempunyai
sifat manis sehingga sering disebut gula. Kebanyakan monosakarida dan
disakarida kecuali fruktosa adalah kelompok gula pereduksi. Sifat mereduksi ini
disebabkan adanya gugus aldehid atau keton bebas dalam molekulnya. Larutan gula
perduksi bereaksi positif dengan pereaksi fehling, pereaksi Tollens maupun
pereaksi benedict.
1.2
Tujuan
Praktikum
1. Mengidentifikasi
adanya karbohidrat dalam suatu bahan
2. Membedakan
antara monosakarida dan disakarida
3. Membuktikan
adanya polisakarida
4. Membuktikan
adanya gula pereduksi
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Karbohidrat adalah poli
hidroksi aldehid dan poli hidroksi keton dan meliputi kondensat polimer -
polimernya yang terbentuk. Rumus empiris karbohidrat dapat dituliskan sebagai
berikut : Cm(H2O)n atau (CH2O). Tetapi ada juga
karbohidrat yang mempunyai rumus empiris tidak seperti rumus diatas, yaitu
deoksiribosa, deoksiheksosa dan lain - lain (Sudarmanto,dkk, 2000).
Karbohidrat merupakan senyawa yang
terbentuk dari molekul karbon, hidrogen dan oksigen. Sebagai salah satu jenis
zat gizi, fungsi utama karbohidrat adalah penghasil energi di dalam tubuh. Tiap
1 gram karbohidrat yang dikonsumsi akan menghasilkan energi sebesar 4 kkal dan
energi hasil proses oksidasi (pembakaran) karbohidrat ini kemudian akan
digunakan oleh tubuh untuk menjalankan berbagai fungsi-fungsinya seperti
bernafas, kontraksi jantung dan otot serta juga untuk menjalankan berbagaI
aktivitasfisik seperti berolahraga atau bekerja (Sirajuddin, 2010).
Semua jenis
karbohidrat terdiri atas unsur-unsur karbon (C), hydrogen (H), dan Oksigen (O).
Perbandingan antara hydrogen dan oksigen pada umumnya adalah 2:1 seperti halnya
dalam air; oleh karena itu diberi nama karbohidrat. Dalam bentuk sederhana,
formula umum karbohidrat adalah CnH2nOn. Hanya heksosa (6-atom karbon), serta
pentosa (5-atom karbon), dan polimernya memegang perana penting dalam ilmu gizi
(Almatsier, 2001).
Sifat-sifat karbohidrat Beberapa sifat karbohidrat antara lain:
1)
Mono dan disakarida memiliki rasa manis yang
disebabkan oleh gugus hidroksilnya, oleh karena itu golongan ini disebut gula.
2)
Semua jenis karbohidrat akan berwarna merah apabila
larutannya (dalam air) dicampur dengan beberapa tetes larutan α-naftol (dalam
alcohol) dan kemudian dialirkan pada asam sulfat pekat dengan hati-hati
sehingga tidak tercampur. Sifat ini dipakai sebagai dasar uji kualitatif adanya
karbohidrat (uji Molisch).
3)
Warna biru
kehijauan akan timbul apabila larutan karbohidrat dicampur dengan asam sulfat
pekat dan anthroe. Warna ini timbul karena terbentuknya furfural dan hidroksi
furfural sebagai senyawa derifat dari gula-gula (Sudarmadji, 2003).
Larutan basa
encer pada suhu kamar akan mengubah sakarida. Perubahan ini terjadi pada atom C
anomerik dan atom C tetangganya tanpa mempengaruhi atom-atom C lainnya. Jika
D-glukosa dituangi larutan basa encer maka sakarida itu akan berubah menjadi
campuran: D-glukosa, D-manosa, D-fruktosa. Perubahan menjadi senyawaan tersebut
melalui bentuk-bentuk enediolnya. Bilamana basa yang digunakan berkadar tinggi
maka akan terjadi fragmentasi atau polimerisasi. Sehingga monosakarida akan
mudah mengalami dekomposisi dan menghasilkan pencoklatan non-enzimatis bila
dipanaskan dalam suasana basa. Tetapi pada disakarida dalam suasana sedikit
basa akan lebih stabil terhadap reaksi hidrolisis (Soeharsono,1978).
Monosakrida adalah karbohidrat yang
tidak dapat dihidrolisis menjadi karbohidrat yang lebih sederhana. Monosakarida
ini dapat diklasifikasikan sebagai triosa, tetrosa, pentosa, heksosa, atau
heptosa, bergantung pada jumlah atom karbon; dan sebagai aldosa atau ketosa
bergantung pada gugus aldehida atau keton yang dimilki senyawa tersebut (Murray
dkk, 2009).
BAB III
METODOLOGI
3.1
Alat dan Bahan
Alat Bahan
- Tabung reaksi -
Pereaksi Mollish
- Penjepit tabung reaksi - H2SO4 Pekat
- Rak tabung reaksi -
Larutan Iodium
- Pipet tetes - Pereaksi Bennedict
- Sikat tabung reaksi -
Pereaksi Millon
- Pengatur waktu -
Larutan uji ( Amilum, Sukrosa, Laktosa,
Malktosa, Fruktosa, Glukosa, Arabinosa,sebanyak 1% )
-
3.2
Prosedur Percobaan
A.
Uji
Mollish
1. Memasukkan
15 tetes larutan uji kedalam tabung reaksi
2. Menambahkan
3 tetes pereaksi Mollisch, dan mengaduk sampai homogen
3. Memiringkan
tabung reaksi, lalu mengalirkan dengan hati-hati 1ml h2s04 pekat melalui
dinding tabung agar tidak bercampur
B.
Uji
Iodium
1. Memasukkan
3 tetes larutan uji kedalam tabung reaksi atau porselen tetes.
2. Menambahkan
2 tetes larutan iodium
3. Mengamati
warna spesifik yang terbentuk
C.
Uji
Bennedict
1. Memasukkan
5 tetes larutan tetes uji dan 15 tetes kedalam tabung reaksi
2. Mendidihkan
tabung tersebut selama 2 menit dengan api kecil atau 5 menit didalam penangas
air
3. Mendinginkan
secara perlahan
4. Memperhatikan
warna atau endapan yang terbentuk
BAB
IV
HASIL
PENGAMATAN
A.
Uji
Mollisch
Bahan
|
Hasil Uji Mollisch
|
Karbohidrat ( +/- )
|
Amilum 1%
|
Terbentuk lapisan
cincin berwarna ungu
|
( + )
|
Sukrosa 1%
|
Terbentuk lapisan
cincin berwarna ungu
|
( + )
|
Laktosa 1%
|
Terbentuk lapisan
cincin berwarna ungu
|
( + )
|
Maltosa 1%
|
Terbentuk lapisan
cincin berwarna ungu
|
( + )
|
Fruktosa 1%
|
Terbentuk lapisan
cincin berwarna ungu
|
( + )
|
Glukosa 1%
|
Terbentuk lapisan
cincin berwarna ungu
|
( + )
|
Arabinosa %
|
Terbentuk lapisan
cincin berwarna ungu
|
( + )
|
B.
Uji
Iodium
Bahan
|
Hasil Uji Iodium
|
Karbohidrat ( +/- )
|
Amilum 1%
|
Terbentuk lapisan
cincin berwarna ungu
|
( + )
|
Sukrosa 1%
|
Berwarna kuning,tidak
berubah
|
( - )
|
Laktosa 1%
|
Berwarna kuning,tidak
berubah
|
( - )
|
Maltosa 1%
|
Berwarna kuning,tidak
berubah
|
( - )
|
Fruktosa 1%
|
Berwarna kuning,tidak berubah
|
( - )
|
Glukosa 1%
|
Berwarna kuning,tidak
berubah
|
( - )
|
Arabinosa %
|
Berwarna kuning,tidak
berubah
|
( - )
|
C.
Uji
Bennedict
Bahan
|
Hasil Uji Bennedict
|
Karbohidrat ( +/- )
|
Amilum 1%
|
Berwarna biru
|
( + )
|
Sukrosa 1%
|
Berwarna biru
|
( - )
|
Laktosa 1%
|
Berwarna biru
|
( - )
|
Maltosa 1%
|
Berwarna biru
|
( - )
|
Fruktosa 1%
|
Berwarna biru kehijauan
|
( + )
|
Glukosa 1%
|
Berwarna biru kehijauan
|
( + )
|
Arabinosa %
|
Berwarna biru
|
( - )
|
BAB
V
PEMBAHASAN
Pada Uji Molisch bedarsarkan
hasil pengamatan kami bahwa bahan yang mengandung karbohidrat yaitu Amilum, Sukrosa, Laktosa,
Maltosa, Fruktosa, Glukosa, Dan Arabinosa dikarenakan terbentuk cincin bewarna ungu.
Sedangkan untuk Glikogen, Dekstrin, dan Galaktosa, kami tidak melakukan
pengamatan dikarenakan tidak tersedianya bahan.
Pada uji kedua yaitu Uji Iodium. pada uji ini yang
mengandung karbohidrat adalah amilum dimana terdapat lapisan
cincin berwarna ungu, kemudian
sukrosa laktosa, maltosa, fruktosa, glukosa dan arabinosa tidak mengalami
perubahan dan tetap berwarna kuning.
Selanjutnya pada uji ketiga
yaitu uji benedict dimana pada uji ini bertujuan untuk menentukan gula reduksi pada setiap bahan
yang di ujikan. Berdasarkan teori yang ada di buku bahwa pada uji benedict,
indicator terkandungnya gula reduksi adalah dengan terbentuknya endapan bewarna
biru kehijauan, kuning, atau merah bata/orange, pada amilum,
sukrosa, laktosa, maltosa dan arabinosa tidak mengandung gula pereduksi, hasil
uji hanya berwarna biru saja. Sedangkan pada fruktosa dan glukosa menandakan
adanya gula pereduksi dengan terbentuknya endapan berwarna biru kehijauan.
BAB
VI
PENUTUP
6.1 Kesimpuan
1. Adanya kadar karbohidrat pada suatu bahan ditandai
dengan terbentuknya cincin warna ungu pada saat larutan tersebut diuji dengan
pereaksi molisch.
2. Monosakarida
merupakan karbohidrat yang berbentuk aldehid atau keto dan memiliki 2 atau
lebih gugus hidroksil. Sedangkan disakarida merupakan gabungan 2 monosakarida
yang terikat pada O-Glikosidik.
3. Pada amilum
dan glikogen terdapat polisakarida yang ditandai dengan perubahan warna
larutan.
4. Adanya kadar
gula pereduksi pada suatu bahan ditandai dengan terbentuknya endapan biru
kehijauan, kuning atau merah bata pada saat uji benedict. Warna ini dipengaruhi
oleh kadar gula pereduksi yang ada di dalam larutan.
6.2 Saran
Sebaiknya didalam
praktikum, percobaan harus dilakukan dengan benar dan sesuai dengan prosedur,
dan kelengkapan bahan juga harus diperhatikan, agar didapatkan hasil yang
maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier. S. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta
: Gramedia Pustaka Utama
Murray,
R. K. dkk. 2009. Biokimia Harper.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran.EGC
Lehninger,
1982. Penuntun Praktikum Biokimia.
Makassar. Laboratorium Terpadu Kesehatan Masyarakat Regional Indonesia Timur.
Universitas Hasanuddin
Pratana,
Crys Fajar dkk. 2003. Kimia Dasar 2:
Common Textbook. Malang: UM Press.
JAWAB
PETANYAAN
1. Mengapa
uji molisch disebut uji yang bukan spesifik untuk karbohidrat ?
Jawab : Karena pereaksi
Molish adalah α-naftol dalam alcohol 95%. Reaksi ini sangat efektif untuk uji
senyawa-senyawa yang dapat di dehidrasi oleh asam sulfat pekat menjadi senyawa
furfural atau furfural yang tersubtitusi. Seperti hidroksimetilfurfural.
Warna merah ungu yang terasa disebabkan
oleh kondensasi furfural atatu turunannya dengan α-naftol.
2. Pada
percobaan uji benedict manakah yang menunjukkan hasil negatif ? mengapa ?
Jawab
: Pada percobaan uji benedict yang menunjukkan hasil negatif yaitu amilum,
sukrosa, laktosa, maltosa arabinosa. Mengapa ? Karena larutan tersebut bukan
termasuk gula pereduksi melainkan gula nonpereduksi sehingga mendapatkan
hasilnya negatif.
3. Jelaskan
jenis uji lain yang dapat digunakan untuk membuktikkan adanya gula pereduksi ?
Jawab : Untuk dapat membuktikan adanya gula
pereduksi, yaitu degan uji :
1. Uji
Fehling
2. Uji
Tollens
3. Uji
Benedict.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar