BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Protein merupakan komponen utama dalam semua sel
hidup, baik tumbuhan maupun hewan. Pada sebagian besar bagian tubuh, protein
merupakan komponen terbesar setelah air. Kira-kira lebih dari 50% berat kering
tubuh terdiri dari protein. Protein adalah senyawa organik kompleks yang
terdiri dari unsur-unsur karbon (50-55%), hidrogen (± 7%), oksigen (± 13%) dan
nitrogen (1-2%). Ada beberapa jenis protein lainya mengandung unsur logam
seperti besi dan tembaga.
Protein sangatlah dibutuhkan oleh tubuh kita, karena protein berfungsi
sebagai salah satu sumber energi yang dibutuh kan tubuh. Selain itu pula
protein juga berperan dalam sintesis hormon dan pembentukan enzim dan antibodi.
Protein juga dibutuhkan bagi tubuh dalam jumlah yang besar.
Protein juga merupakan polipeptida yang memiliki kira-kira 100 sampai 1.800
lebih residu asam amino. Protein alamia memiliki 20 jenis asam amino. Berat
molekul protein sangatlah besar, ribuan sampai jutaan. Sehingga merupakan suatu
makromolekul. Seperti senyawa polimer lain, protein dapat dihidroisis oleh
asam, basaatau enzim dan menghasilkan campuran asam-asam amino.
Pada umumnya protein sangat peka terhadap pengaruh-pengaruh fisik dan
kimia. Sehingga mudah mengalami perubahan bentuk. Perubahan atau modifikasi
pada struktur protein tersebur disebut denturasi. Hal-hal yang menyebabkan
terjadinya denaturasi adalah panas, pH, tekanan, aliran listrik dan adanya
bahan kimia seperti urea, alkohol atau sabun. Proses denaturasi berlangsung
secara reversible dan juga ireversibel tergantung pada penyebabnya.
1.2
Tujuan Praktikum
1.
Mengetahui daya larut protein terhadapa
pelarut tertentu.
2.
Mengetahui pengaruh larutan garam
konsentrasi tinggi terhadap kelarutan protein.
3.
Mengetahui pengaruh logam berat dan asam
organik terhadap kelarutan protein.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
Kata protein sebenarnya berasal dari kata Yunani yang berarti pertama yang paling
penting, asal dari kata protos. Protein terdiri dari bermacam-macam
golongan makromolekul heterogen. Walaupun demikian semuanya merupakan turunan
dari polipeptida dengan berat molekul yang tinggi, secara kimia dapat dibedakan
antara protein sederhana yang terdiri dari polipeptida dengan berat molekkul
yang tinggi (Sumardjo. 2006).
Secara kimia dapat dibedakan antara protein sederhana yang terdiri dari
polipeptida dan protein kompleks yang mengandung zat-zat makanan tambahan
seperti hern, karbohidrat, lipid atau asam nukleat. Secara fungsional protein
juga menunjukkan banyak perbedaan. Dalam sel mereka berfungsi sebagai enzim,
bahan bangunan, pelumas dan molekul pengemban. Tapi sebenarnya protein
merupakan polimer alam yang tersusun dari berbagai asam amino melalui ikatan
peptida (Hart, 1987).
Protein adalah suatu senyawa organik yang mempunyai berat molekul besar
antara ribuan hingga jutaan satuan(g/mol). Protein tersusun dari atom-atom
C,H,O dan N ditambah beberapa unsur lainnya seperti P dan S. Atom-atom itu
membentuk unit-unit asam amino. Urutan asam amino dalam protein maupun hubungan
antara asam amino satu dengan yang lain, menentukan sifat biologis suatu
protein. (Sabiston, 1987).
Protein adalah sumber asam amino yang mengandung unsur C,H,O dan N yang
tidak dimiliki oleh lemak dan karbohidrat. Molekul protein mengandung gula
terpor belerang, dan ada jenis protein yang mengandung unsur logam seperti besi
dan tembaga. (Winarnno, 1997).
Protein
mempunyai berbagai fungsi, diantaranya : merupakan katalis biokimia (enzim),
alat pengangkut dan penyimpan, penunjang mekanisme tubuh, pertahanan tubuh
perambatan implus saraf dan pengendali pertumbuhan. Struktur protein dapat
dilihat sebagai hirarki, yaitu berupa struktur primer (tingkat satu), sekunder
(tingkat dua), tersier(tingkat tiga), dan kuartener(tingkat empat). Struktur
primer protein bisa ditentukan dengan beberapa metode : hidrolisis
protein,dengan asam kuat(Lehninger 1988).
Sifat-sifat protein berbeda-beda saat berhidrolisis dengan air, beberapa
reagen dengan pemanasan serta beberapa perlakuan lainya. Kelarutan protein akan
berkurang bila kedalaman larutan protein ditambahkan garam-garam anorganik.
Pengendapan terus terjadi karena kemampuan ion garam untuk menghidrasi,
sehingga terjadi kompetisi antara garam anorganik dengan molekul protein untuk
menngikat air. Garam anorganik lebih menarik air maka jumlah air yang tersedia
untuk molekul protein akan berkurang (Hamdan. 2007).
Protein
dapat diendapkan dengan pennambahan alkohol. Pelarut organik akan mengubah
(mengurangi) konstanta dielektrika dari air, sehingga kelarutan protein
berkurang, dan juga karena alkohol akan berkompetisi dengan protein terhadap
air(Effendi 2003)..
Protein
merupakan biopolimer yang multifungsi, yaitu sebagai struktural pada sel
maupun jaringan dan organ, sebagai enzim suatu biokatalis, sebagai
pengemban atau pembawa senyawa atau zat ketika melalui biomembran sel, dan
sebagai zat pengatur. (Effendi 2003).
Melalui reaksi hidrolisis protein telah didapatkan 20 macam asam amino yang
dibagi berdasarkan gugus R-nya, berikut dijabarkan penggolongan tersebut : asam
amino non-polar dengan gugus R yang hidrofobik, antara lain Alanin, Valin, Leusin,
Isoleusin, Prolin, Fenilalanin, Triptofan dan Metionin. Golongan kedua yaitu
asam amino polar tanpa muatan pada gugus R yang beranggotakan Lisin, Serin,
Treonin, Sistein, Tirosin, Asparagin dan Glutamin. Golongan ketiga yaitu asam
amino yang bermuatan positif pada gugus R dan golongan keempat yaitu asam amino
yang bermuatan negatif pada gugus R. Dari ke-20 asam amino yang ada, dijumpai
delapan macam asam amino esensial yaitu valin, leusin, Isoleusin, metionin,
Fenilalanin, Triptofan, Treonin, dan Lisin. Asam amino essensial ini tidak bisa
disintesis sendiri oleh tubuh manusia sehingga harus didapatkan dari luar
seperti makanan dan zat nutrisi lainnya (Pearce. 2009).
BAB III
METODOLOGI
METODOLOGI
3.1
Alat dan Bahan
Alat Bahan
- Tabung Reaksi - Larutan
NaOH 10%
- Penjepit Tabung - Larutan
CuSO4 5%
- Rak Tabung Reaksi - Larutan
HCl 10%
- Pipet Tetes -
Aqudes
- Pipet Ukur -
Larutan (NH4)2SO4 jenuh
- Larutan HgCl2 5 %
- Larutan CaCl2 5 %
- Larutan Pb-Asetat 5 %
- Larutan NaCl 5 %
- Larutan BaCl 5 %
- Albumin telur
3.2
Prosedur Kerja
A.
Uji Kelarutan Protein
1. Menyediakan 5 tabung reaksi, masing-masing diisi dengan aquades, HCl 10%,
NaOH 40% dan alkohol 96% sebanyak 1 ml.
2. Menambahkan 2 ml albumin pada setiap tabung reaksi.
3. Mengocok dengan kuat lalu mengamati sifat kelarutan.
B. Uji
Pengendapan Protein dengan Garam
1.
Menyediakan 5 tabung reaksi
masing-masing diisi dengan 2 ml albumin.
2.
Pada setiap tabung masing-masing
ditambahkan larutan NaCl 5%, BaCL 5%, CaCl 5% dan (NH4)2SO4 jenuh tetes demi
tetes sampai terbentuk endapan.
3.
Selanjutnya kembali tambahkan larutan
garam secara berlebihan. Lalu dikocok dan diamati perubahan yang terjadi.
C. Uji
Pengendapan Protein dengan Logam dan Asam Organik
1.
Menyediakan 5 tabung reaksi
masing-masing diisi dengan 2 ml albumin.
2.
Pada kelima tabung berturut-turut
ditambahnkan 10 tetes CuSO4 5%, HgCl 5% dan Pb-Asetat 5%.
3.
Kemudian goyang tabung dan amati
perubahan yang terjadi.
D. Uji
Denaturasi
1.
Menuangkan 3 ml albumin ke dalam tabung
reaksi.
2.
Memanaskan sampai mendidih sampai
beberapa menit dengan api kecil.
3.
Amati perubahan yang terjadi.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
HASIL PENGAMATAN
A. Uji Kelarutan Protein
Bahan
|
Tabung 1
|
Tabung 2
|
Tabung 3
|
Tabung 4
|
Tabung 5
|
Albumin
telur
|
2
ml
|
2
ml
|
2
ml
|
2
ml
|
2
ml
|
Aquades
|
1
ml
|
||||
HCL
10%
|
1
ml
|
||||
NaOH
40%
|
1
ml
|
||||
Alkohol
96%
|
1
ml
|
||||
Kloroform
|
1
ml
|
Kocok
tabung reaksi dengan kuat
Hasil
:
Larut
/ tdk larut
|
Larut
|
Larut
|
Larut
|
Tidak
larut
|
Tidak
larut
|
B. Uji Pengendapan Protein Dengan Garam
Bahan
|
Tabung 1
|
Tabung 2
|
Tabung 3
|
Tabung 4
|
Tabung 5
|
Albumin
telur
|
2
ml
|
2
ml
|
2
ml
|
2
ml
|
2
ml
|
NaCl
5%
|
Berlebih
|
||||
BaCL
5%
|
Berlebih
|
||||
CaCL
5%
|
Berlebih
|
||||
MgSO4
5%
|
Berlebih
|
||||
(NH4)2SO4
5%
|
Berlebih
|
kocok
tabung reaksi dengan kuat
Hasil
: endapan
Banyak
/ sedikit
|
Endapan
sedikit
|
Endapan
banyak
|
Endapan
sedikit
|
Endapan
sedikti
|
__
|
C. Uji Pengendapan Protein Dengan Logam
Dan Asam Organik
Bahan
|
Tabung 1
|
Tabung
|
Tabung 3
|
Tabung 4
|
Tabung 5
|
Albumin
telur
|
2
ml
|
2
ml
|
2
ml
|
2
ml
|
2
ml
|
TCA
10%
|
10
tetes
|
||||
As.
sulsosilat
|
10
tetes
|
||||
CuSO4
5%
|
10
tetes
|
||||
HgCL
5 %
|
10
tetes
|
||||
Pb-asetat
5%
|
10
tetes
|
kocoklagh tabung reaksi dengan kuat
Hasil:
endapan ada / tidak
|
-
|
-
|
Tidak
ada endapan
|
Tidak
ada endapan
|
Terdapat
endapan
|
D.
Denaturasi
Bahan uji dan
perlakuan
|
Pengamatan
|
Albumin
telur di panaskan
|
BAB V
PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini kami
membahas tentang uji kelarutan dan pengendapan protein. disini terdapat empat
uji, yakni uji kelarutan protein, uji pengendapan protein dengan garam, uji
endapan protein dengan logam dan asam organic, dan denaturasi.
Pada uji pertama yaitu uji kelarutan
protein uji ini bertujuan untuk mengamati sifat kelarutannya. Disini kami
menggunakan lima tabung dan adapun bahan yang kami gunakan yaitu albumin telur,
aquades, HCL 10%, NaOH 40 %, Alkohol 96%, dan Kloroform. Setelah kedua larutan
tersebut bercampur seperti yang telah di jelaskan di prosedur kerja ternyata
yang larut hanya pada tabung 1,2 dan 3 dan larutan yang tidak larut yaitu pada
tabung 4 dan 5.
Pada uji kedua yaitu uji pengendapan
protein dengan garam.uji ini bertujuan untuk mengendapkan protein, uji ini
tergantung pada konsentrasi dan jumlah muatan ionnya dalam larutan. Semakin
tinggi konsentrasi dan jumlah muatan ionnya, semakin efektif garam dalam
mengendapkan protein. Pada uji ini kami menggunakan 5 tabung reaksi juga, dan
bahan yang kami gunakan yaitu albumin telur, NaCl 5%, BaCl2 5%, CaCl2 5%, MgSO4
5% dan (NH4)2SO4 jenuh setelah dilakukan percobaan menurut prosedur kerja,
ternyata hasil yang didapat pada tabung 1,3 dan 4 mengalami pengendapan sedikit
dan pada tabung 2 mengalami pengendapan banyak sedangkan pada tabung kelima
tidak mengalami pengendapan.
Selanjutnya pada uji ketiga yaitu
uji pengendapan protein dengan logam dan asam organic. uji ini bertujuan untuk
melihat adanya endapan atau tidak. pada larutan jika mengalami pengendapan maka
protein mengalami denaturasi irreversible dengan adanya logam berat. Pada uji
ini kami menggunakan 5 tabung reaksi dan bahan yang kami gunakan yaitu albumin
telur, TCA 10%, As. Sulfosalisilat, CuSO4 5%, HgCl2 5%, Pb-Asetat 5%, Setelah menguji berdasarkan prosedur kerja
ternyata hasil yang didapat yaitu hanya pada tabung 5 yang terdapat endapan
sedangkan pada tabung 3 dan 4 tidak adanya endapan dan pada tabung 1,2.
Dan percobaan terakhir yaitu
denaturasi protein uji ini bertujuan untuk mengamati protein yang terdenaturasi
dimana protein tersebut akan kehilangan aktivitas biologinya dan berkurang
kelarutannya sehingga mudah mengendap. Menurut hasil peengamatan kami yang
telah dilakukan sesuai dengan prosedur kerja albumin telur yang telah
dipanaskan berubah bentuk dari cair ke padat dan terjadi pengendapan hal ini
menunjukan bahwa protein terdenaturasi.
BAB VI
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
1.
Pada percobaan uji kelarutan protein,
protein ( albumin telur 2ml ) dapat larut pada aquades 1 ml, HCl 10% 1 ml, NaOH
40% 1ml, Alkohol 96% 1ml, dan pada kloroform 1ml, protein tidak dapat larut.
Daya larut protein di setiap larutan berbeda-beda tergantung dengan jenih
larutan dankonsentrasi larutan itu sendiri.
2.
Uji pengendapan protein dengan garam, protein ( albumin telur 2ml ) menghasilkan
endapan ketika diberi garam yang berlebih ( NaCl 5%, BaCl2 5%, CaCl2 5%, MgSO4
5% dan (NH4)2SO4 jenuh.) Ketika konsentrasi garam pelarut semakin tinggi maka
garam tersebut semakin efektif dalam mengendapkan protein.
3.
Protein pada umunya tidak larut tehadap
Asam Organik dan juga logam. Dan juga megalami denaturasi.
1.2 Saran
Sebaiknya sebelum praktikum,
penerangan harus diperhatikan, agar tidak terjadi kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA
Effendi Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengolahan Sumber
Daya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta : Penerbit Kanisius (halaman :
207)
Hamdan Ali. 2007. Buku Biokimia Laboratorium Dasar Universitas
Trunojoyo, [terhubung berkala] http://labdasar.trunojoyo.ac.id/buku%20biokimia.pdf
Hart,H, 1987, Kimia Organik, Alih Bahasa: Sumanir
Ahmadi, Erlangga, Jakarta
Leningert, 1988, Essential Of General Organic And
Biochemistry, W.B.Sounders Company, Philadelphia
Pearce Evelyn. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Yuliani Sri, penerjemah.
Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Terjemahan dari : Anatomy and
Physiology for Nurses (halaman : 200)
Sabiston David. 1987. Buku Ajar Bedah Bagian 2.
Andrianto Petrus, penerjemah. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Terjemahan Dari : Essentials of Surgery(halaman : 73)
Sumardjo Damin.
2006. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran.
Jakarta : Penerbit Buku Kedoktern EGC (halaman : 180)
Winarno, F.G,
1997, Kimia Pangan Dan Gizi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
JAWABAN PERTANYAAN
1.
Jelaskan mengapa dengan penambahan garam
berkonsentrasi tinggi dapat mengurangi kelarutan protein sehingga protein
mengendap?
Jawab :
Karena dengan semakin
tinggi konsentrasi garam maka protein akan semakin sukar larut hal ini
diakibatkan larutan agaram semakin pekat dan juga semakin lemah mengikat
protein sehingga protein mengendap.
2.
Pada percobaan manakah garamnya paling
efektif dalam mengendapkan proein? Mengapa.
Jawab :
Garam yang paling
efektif adalah garam BaCl 5%. Karena jumlah muatan ion di dalam garam ini lebih
banyak.
3.
Jelaskan mengapa susu dan putih telur dapan menjadi antidotun pada keracuna
logam-logam berat.
Jawab :
Karena logam yang
ditambahkan protein albumin akan menyebabkan logam dan albumin itu mengendap
sehingga racun dari logam berat tadi akan mudah untuk keluar dari tubuh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar