Minggu, 22 Mei 2016

laporan praktikum satuan operasi sortasi dan grading, pengeringan, pengecilan ukuran dan pencampuran

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
SATUAN OPERASI
Disusun oleh :
Nama               : Ihsanul Zikri
NPM               : E1G014047
Hari/Jam          : Kamis/12.00
Kelompok       : 3 ( tiga )
Prodi               : Teknologi Industri Pertanian
Koass              : Rendi Andrian
Dosen              : 1.
                                                              2.
                                                              3.

LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU

2015



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Sortasi dan grading memegang peranan penting dalam industri khususnya industri pertanian. Secara tidak langsung hasil sortasi grading akan berpengaruh nyata terhadap mutu produk akhir pengolahan hasil pertanian. Sortasi adalah suatu kegiatan pemilihan dan pemisahan bahan industri untuk mendapatkan keseragaman dengan kriteria tertentu. Sortasi dibedakan atas :
1.      Sortasi berdasarkan berat
2.      Sortasi berdasarkan ukuran
3.      Sortasi berdasarkan bentuk
4.      Sortasi berdasarkan warna
Pengeringan atau dehidrasi merupakan proses pengeluaran air dari bahan hasil pertanian atau bahan pangan. Pengeringan didefinisikan sebagai metode untuk mengeluarkan sebagian air dalam suatu bahan dengan bantuan energi panas.
Pemecahan bahan menjadi bagian yang lebih kecil, dibedakan menjadi pengecilan extrim (penggilingan) dan pengecilan ukuran yang relatif masih berukuran besar. Dalam pengecilan ukuran dikenal tiga macam gaya yang bekerja untuk mendapatkan efek pengecilan ukuran. Ketiga gaya tersebut ialah :
1.      Penekanan (compressive)
2.      Pukulan (impact)
3.      Gaya sobek (shear)

1.2  Tujuan Praktikum
1.      Pengenalan bermacam-macam alat sortasi dan grading, khususnPengenalan bermacam-macam alat sortasi dan grading, khususnya untuk bahan biji-bijian dan melakukan tindakan pengawasan mutu bahan dengan cara uji fisik dan kimia.
2.      Mahasiswa dapat menghitung laju pengeringan pada alat pengering buatan ( oven ) dan dapat menghitung laju pengeringan pada alat pengering rumah.
3.      Mengetahui ulangan pengegiling terhadap kelembutan dan keseragaman produk yang dihasilkan, dan mengetahui distribusi ukuran hasil pengecilan ukuran pada berbagai ulangan penggilingan, serta mengetahui indeks keseragaman dan tingkat kehalusan pada berbagai ulangan penggilingan
4.      Memperkenalkan prinsip kerja dan operasi pencampuran bahan pasta, granula dan cair, dan memperkenalkan prinsip perhitungan variabel pencampuran berbentuk pasta, granula dan cair serta membandingkan laju pencampuran pada masing-masing bentuk bahan.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sortasi dan Grading
Sortasi adalah pemisahan bahan yang sudah dibersihkan ke dalam berbagai fraksi kualitas berdasarkan karakteristik fisik ( kadar air, bentuk, ukuran, berat jenis, tekstur, warna, benda asing/ kotoran ), kimia ( komposisi bahan, bau dan rasa ketengikan ) dan biologis ( jenis dan jumlah kerusakan oleh serangga, jumlah mikroba dan daya tumbuh khususnya pada bahan pertanian berbentuk bijian ) ( Raharjo, 1976 ).
Ada dua macam proses sortasi, yaitu sortasi basah dan sortasi kering. Sortasi basah dilakukan pada saat bahan masih segar. Proses ini untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya dari simplisia yang dibuat dari akar suatu tanaman obat, maka bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak,serta pengotoran lainnya harus dibuang. Hal tersebut dikarenakan tanah merupakan salah satu sumber  mikroba yang potensial. Sehingga, pembersihantanah dapat mengurangi kontaminasi mikroba pada bahan obat. Sedangkan sortasi kering pada dasarnya merupakan tahap akhir pembuatan simplisia. Tujuannya untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran lain yang masih tertinggal pada simplisia kering. Sortasi dapat dilakukan dengan atau secara mekanik (Tjahjadi, 2011). 
Adapun tujuan Sortasi antara lain :
a) Untuk memperoleh simplisia yang dikehendaki, baik kemurnian maupun kebersihannya (Widyastuti, 1997).
b) Memilih dan memisahkan simplisia yang baik dan tidak cacat.
c) Memisahkan bahan yang masih baik dengan bahan yang rusak akibat kesalahan panen atau serangan patogen, serta kotoran berupa bahan asingyang mencemari tanaman obat (Santoso, 2009).
d) Memperoleh kualitas yang lebih baik dan seragam (baik bahan mentah maupun produk akhir yang dihasilkan)
e)  Memberikan standarisasi dan perbaikan-perbaikan cara pengolahannya
f) Menawarkan beberapa kualitas kepada konsumen dengan harga yang sesuai dengan kualitasnya.
Ada dua  macam proses sortasi,  yaitsortasi basah dan sortasi kering. Sortasi    basah    dilakukan    pada    saat    bahan    masih    segar.    Proses    ini untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing  lainnya dari bahan simplisia. Misalnya dari simplisia yang dibuat dari akar suatu tanaman obat, maka bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak,serta pengotoralainnya  harus dibuang.  Hal tersebut  dikarenakan tanah merupakan salah satu sumber  mikroba yang potensial. Sehingga, pembersihan tanah dapat mengurangi kontaminasi mikroba pada bahan obat. Sedangkan sortasi kering pada dasarnya merupakan tahap akhir pembuatan simplisia. Tujuannya untuk memisahkan    benda-benda    asing    seperti    bagian-bagian    tanaman    yang tidak diinginkan dan pengotoran lain yang masih tertinggal pada simplisia kering. Sortasi dapat dilakukan dengan atau secara mekanik (Earle, 1969).
Sortasadalah  pemisahan  bahan  yang  sudah  dibersihkan  ke  dalam berbagai fraksi kualitas berdasarkan karakteristik fisik ( kadar air, bentuk, ukuran, berat jenis, tekstur, warna, benda asing/ kotoran ), kimia ( komposisi bahan, bau dan rasa ketengikan ) dan biologis ( jenis dan jumlah kerusakan oleh serangga, jumlah mikroba dan daya tumbuh khususnya pada bahan pertanian berbentuk bijian ) (Kartasapoetra, 1994).
Grading adalah proses pemilihan bahan berdasarkan permintaan konsumen atau berdasarkan nilai komersilnya. Sortasi dan grading berkait erat dengan  tingkat  selera konsumen suatu produk  atau  segmen pasar yang akan dituju dalam pemasaran suatu produk. Terlebih apabila yang akan dituju adalah segmen pasar tingkat menengah ke atas dan atau segmen pasar luar negeri. Kegiatan sortasi dan grading sangat menentukan apakah suatu produk laku pasar atau tidak.Pada kegiatan grading, penentuan mutu hasil panen biasanya didasarkanpada kebersihan produk, aspek kesehatan, ukuran, bobot, warna, bentuk, kematangan, kesegaran, ada atau tidak adanya serangan/ kerusakan oleh penyakit, adanya kerusakan oleh serangga, dan luka/ lecet oleh faktor mekanis ( Desrosier, 1969 ).
Pada usaha budidaya tanaman, penyortiran produk hasil panenan dilakukan secara manual, yaitu menggunakan tangan. Sedang grading dapat dilakukan secara manual atau menggunakan mesin penyortir. Grading secara manual memerlukan tenaga yang terampil dan terlatih, dan bila hasil panen dalam jumlah besar akan memerlukan lebih banyak tenaga kerja ( Buckle, 1987 ).

2.2 Pengeringan
Penguapan atau evaporasi adalah proses perubahan molekul di dalam keadaan cair (contohnya air) dengan spontan menjadi gas (contohnya uap air). Rata-rata molekul tidak memiliki energi yang cukup untuk lepas dari cairan. Bila tidak cairan akan berubah menjadi uap dengan cepat. Ketika molekul-molekul saling bertumbukan merekasaling bertukar energy dalam berbagai derajat, tergantung bagaimana mereka bertumbukan. Terkadang transfer energy   ini  begitu berat sebelah, sehingga salah satu molekul mendapatkan energi yang cukup buat menembus titik didih cairan. Bila ini terjadi di dekat permukaan cairan molekul tersebut dapat terbang kedalam gas dan menguap. Dasar dari proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air menuju udara karena adanya perbeda an kandungan uap air antara udara dengan bahan yang dikeringkan (Sathu, Suyanti,2006).
Proses pengeringan ini dipengaruhi oleh suhu, kelembaban udara lingkungan, kecepat analiran udara pengering, kandungan air yang diinginkan, energy pengeringan dan kapasitas pengeringan. Pengeringan yang terlampau cepat dapat merusak bahan  sehubungan permukaan bahan terlalu cepat kering sehingga kurang bias diimbangi dengan kecepatan gerakan air bahan menuju permukaan. Dan lebih lanjut, pengeringan cepat menyebabkan pengerasan pada permukaan bahan sehingga air dalam bahan tidak dapat lagi menguap karena terhambat. Di samping itu, kondisi pengeringan dengan suhu yang terlalu tinggi dapat merusak bahan. Pengaturan suhu dan lamanya waktu pengeringan dilakukan dengan memperhatikan kontak antara alat pengering dengan alat pemanas (baik berupa udara panas yang dialirkan maupun alat pemanas lainnya). Namun demi pertimbangan-pertimbangan standar gizi maka pemanasan dianjurkan tidak lebih dari 850C. (Pantastico, B. ER. 2002).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan ada 2 golongan, yaitu:
-Faktor yang berhubungan dengan udara pengering.
Yang termasuk dalam golongan ini adalah suhu, kecepatan volume aliran udara pengering, dan kelembaban udara.
- Faktor yang berhubungan dengan sifat bahan.
Yang termasuk dalam golongan ini adalah ukuran bahan, kadar air awal, dan tekanan parsial dalam bahan. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengeringan adalah perubahan mutu produk yang dikeringkan sebagai akibat perubahan faktor-faktor tertentu yaitu suhu, luas permukaan, kecepatan pergerakan udara, dan tekanan atmosfir. Jenis alat pengering yang cocok untuk suatu bahan pangan dan preparasi yang harus diberikan pada bahan pangan tersebut untuk mendapatkan kondisi pengeringan terbaik (Afrianti, Leni H.  2008).

2.3 Pengecilan Ukuran
Bahan mentah sering berukuran lebih besar daripada kebutuhan, sehingga ukuran bahan ini harus diperkecil. Operasi pengecilan ukuran ini dapat dibagi menjadi dua kategori utama, tergantung kepada apakah bahan tersebut bahan cair attau bahan padat. Apabila bahan padat, operasi pengecilan disebut penghancuran dan pemotongan, dan apabila bahan cair disebut emulsifikasi atau atomisasi (Stumbo, 1949).
Pengecilan ukuran dapat dibedakan menjadi pengecilan ukuran yang ekstrim atau penggilingan penecilan ukuran yang relatif masih berukuran lebih besar atau sering menjadi bentuk khusus atau pemotongan. Pengecilan ukuran merupakan usaha untuk mengurangi ukuran bahan dengan kerja mekanis, membaginya menjadi bagian-bagian yang lebih kecil (Apriyantono, 1989).
Penghancuran dan pemotongan mengurangi ukuran bahan padat dengan kerja mekanis, yaitu membaginya menjadi partikel-partikel lebih kecil. Penggunaan proses penghancuran yang paling luas di dalam bidang industri pangan barabgkali adalah penggilingan butir-butir gandum menjadi tepung, akan tetapi penghancuran ini dipergunakan juga untuk berbagai tujuan, seperti penggilingan jagung untuk menghasilkan tepung jagung, penggilingan gula dan penggilingan bahan kering seperti sayuran. Pemotongan dipergunakan untuk memecahkan potongan besar bahan pangan menjadi potongan-potongan kecil yang sesuai untuk pengolahan lebih lanjut, seperti dalam penyiapan daging olahan (Earle, 1969).
Apabila suatu partikel yang seragam dihancurkan, setelah penghancuran pertama, ukuran partikel yang dihasilkan akan sangat bervariasi dari yang relatif sangat kasar sampai yang paling halus bahkan sampai abu Ketika penghancuran dilanjutkan, partikel yang besar akan dihancurkan lebih lanjut akan tetapi partikel yang kecil akan mengalami perubahan relatif sedikit. Pengawasan yang teliti memperlihatkan bahwa ada kecenderungan bahwa beberapa ukuran tertentu akan meningkat dalam proporsinya pada campuran yang kelak  akan menjadiukuranfraksiyangdominan(Suharto,1991).

2.4 Pencampuran
Pencampuran adalah suatu operasi yang menggabungkan dua macam atau lebih komponen bahan yang berbeda hingga tercapai suatu keseragaman.prinsip pencampuran bahan banyak diturunkan dari prinsip mekanika fluida dan perpindahan bahan akan ada bila terjadi  gerakan atau perpidahan bahan yang akan dicampur secara horizontal ataupun vertikal (Azwar, 1991).
Derajat pencampuran dapat didikarakterisasi dari waktu yang dibutuhkan utuk melakukan pencampura. Derajat keseragaman pencampuran dapat diukur dari sampel yang diambil selama pencampuran, dalam hal ini jika komponen yang dicampur telah terdistribusi melalui komponen lain secara random(acak) maka dikatakan pencampuran telah berlangsung dengan baik (Elin, 1992).
Pencampuran dengan bentuk liquid memiliki maksud untuk mensuspensikan partikel padatan, menggabungkan bahan cair yang dapat saling bercampur, mendispersikan gas dalam bentuk gelembung halus, mendisperisikan bahan cair lain yang tidak dapat bercampur, menigkatkan pindah panas antar bahan cair dan sumber panas. Pengadukan bahan cair umumnya dilakukan dalam suatu bejana, biasanya berbentuk silinder yang memilki sumbu vertical (Shela, 2008).
Proses pencampuran banyak dilakukan di dalam industri pangan, seperti pencampuran susu dengan coklat, tepung dengan gula, larutan gula dengan konsentrat buah-buahan, atau CO2 dengan air, dan kegiatan pencampuran melibatkan berbagai jenis alat pencampur. Derajat keseragaman pencampuran diukur dari sampel yang diambil selama pencampuran, jika komponen yang dicampur telah terdistribusimelalui komponen lain secara random, maka dikatakan pencampuran dengan baik (Kanoni,Sri,1999. and Viskositas TPHP).
Proses pencampuran dimaksudkan untuk membuat suatu bentuk uniform dari beberapa konstituan baik liquid-solid (pasta), solid-solid dan kadang-kadang liquid-gas. Berbagai proses pencampuran harus dilakukan di dalam industri pangan seperti pencampuran susu dan cokelat, tepung dan gula, larutan garam dengan konsentrat buah-buahan atau CO2 dengan air dalam kegiatan pencampuran berbagai jenis alat pencampuran (Khatir, Rita, 2006).





BAB III
METODE PPRAKTIKUM

3.1 Sortasi dan Grading
3.1.1 Alat dan Bahan
            Alat :                                                               Bahan :
- Timbangan                                                    - Cabe 500 gram
            - Alat Sortasi ayakan                          
           
3.1.2 Cara kerja
1.      Menghitung berat cabe keseluruhan dengan timbangan
2.      Setelah menghitung berat, lalu mensortasi cabe dengan kategori, baik, busuk dan patah.
3.      Kemudian setelah mensortasi, berat masing-masing hasil sortasi ditimbang lagi dengan timbangan.

3.2 Pengeringan
3.2.1 Alat dan Bahan
            Alat                                                                 Bahan
            - Oven                                                             - Cabe 300 gram
            - Runiali Pengeringan
            - Timbangan
            - Piringan Oven

3.2.2 Cara kerja
1.      Menyiapkan piringan oven
2.      Menimbang cabe yang telah dipisahkan dari batangnya
3.      Lalu memasukkan kedalam piringan oven berdasarkan berat ( 150 gram, 100 gram, 50 gram )
4.      Meletakkan cabe yang sudah dipisahkan tadi kedalam oven
5.      Melakukan pengeringan selama 0, 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, dan 24 jam.
6.      Setiap 3 jam pengeringan, melakukan perbandingan berat dan bentuk dengan hasil pengeringan sebelumnya.
3.3 Pengecilan Ukuran
3.3.1 Alat dan Bahan
            Alat                                                                 Bahan
            - Penggiling Cabe (blender)                            - Cabe hasil Pengeringan
            - Ayakan
            - Timbangan

3.3.2 Cara kerja
1.      Memotong kecil-kecil cabe hasil pengeringan
2.      Lalu memasukkan kedalam wadah blender
3.      Menghidupkan blender, mengatur kecepatan motor penggerak
4.      Setelah terjadi proses pengeringan, menimbang keseluruhan berat cabe
5.      Lalu mengayak cabe hasil pengecilan ukuran
6.      Setelah hasil ayakan selesai, lalu menimbang cabe yang lolos ayakan dan yang tersangkut diayakan.

3.4 Pencampuran
3.4.1 Alat dan Bahan
            Alat                                                     Bahan
            - Blender                                             - Cabe hasil Pengecilan Ukuran
                                                                        - Bawang Goreng

3.4.2 Cara kerja
1.      Menyiapkan cabe hasil penggilingan dan bawang goreng
2.      Lalu memasukkan kedua bahan kedalam plastik
3.      Pencampuran dilakukan dengan perbandingan 1 : 1
4.      Lalu menimbang hasil penimbangan




BAB IV
HASIL PENGAMATAN

4.1  Sortasi dan Grading
A.    Tabel data pengamatan Sortasi Cabe 500 gram
Kategori Sortasi
Berat ( gram )
Persentase
Bagus
360
72 %
Busuk
81
16,2 %
Patah
59
11,8 %
Jumlah
500 gram
100 %


4.2  Pengeringan
A.    Tabel data pengamatan
Waktu pengeringan
( jam )

Berat ( gram )

50
100
150
3
49
97
144
6
46
90
136
9
45
89
132
12
40
82
125
15
38
81
123
18
36
79
118
21
34
72
105
24
27
60
97



B.     Grafik data pengeringan

Grafik 1. Pengeringan

4.3  Pengecilan Ukuran
A.    Tabel data Pengecilan ukuran
Pengulangan
ke
Berat awal
( gram )
Yang tertahan di ayakan ( gram )
Yang lolos
ayakan ( gram )
1
50
45
5
2
45
40
5
3
40
34
6


4.4  Pencampuran
A.    Tabel data Pencampuran
No
Waktu Pencampuran
( menit )
Berat cabe
( gram )
Berat Bawang Goreng ( gram )
1
1 menit
33 gram
33 gram
Keterangan :
Perbandingan bahan ialah 1:1 dan waktu pencampuran selama 1 menit, dan hasil pencampuran ternyata tidak homogen, karena bahan pencampuran ialah padat-padat.

BAB V
PEMBAHASAN

4.1  Sortasi dan Grading
Sortasi ialah suatu kegiatan pemilihan dan pemisahan bahan industri untuk mendapatkan keseragaman dengan kriteria tertentu.
Pada praktikum sortasi, percobaan yang kami lakukan ialah sortasi pada bahan cabe, kami mensortasi cabe berdasarkan kriteria bagus, busuk dan patah. Cabe yang digunakan seberat 500 gram, pada sortasi kriteria cabe yang bagus, kami mendapatkan hasil cabe yang bagus sebanyak 360 gram, persentase nya sebesar 72%. Dan pada kriteria cabe yang busuk, kami mendapatkan sebanyak 81 gram dari keseluruhan cabe, persentase nya sebesar 16,2%. Dan terakhir, pada kriteria cabe yang patah, kami mendapatkan sebanyak 51 gram cabe patah.
Berdasarkan literatur, praktikum sortasi yang kami lakukan ialah sortasi berdasarkan bentuk.

4.2  Pengeringan
Pada praktikum pengeringan, percobaan yang kami lakukan ialah dengan mengeringkan cabe hasil sortasi, kami meletakkan cabe disebuah nampan dengan 3 bagian, bagian pertama yaitu dengan berat 50 gram, bagian kedua dengan berat 100 gram, dan bagian ketiga dengan berat 150 gram.
Setelah memisahkan bagian tersebut, selanjutnya nampan yang berisi cabe dimasukkan kedalam runiali pengeringan, dan hasil pengeringan kami amati setiap 3 jam pengeringan, sampai dengan 24 jam pengeringan.
Pada cabe yang berat awal nya 50 gram, saat 3 jam pertama pengeringan berat cabe berkurang menjadi 49 gram, selanjutnya pada pengeringan 6 jam, berat cabe berubah menjadi 46 gram, dan selanjutnya pada waktu pengeringan 9, 12, dan 15 jam, berat cabe berkurang menjadi 45, 40 dan 38 gram. Dan pada waktu pengeringan 18, 21, sampai 24 jam, berat cabe terus berkurang menjadi 36, 34, dan akhirnya menjadi 27 gram.
Selanjutnya pada cabe dengan berat 100 gram, pada waktu pengeringan 3, 6, dan 9 jam berat cabe berkurang menjadi 97, 90,  dan 89 gram. Dan pada lama pengeringan 12, 15, dan 18 jam, berat cabe berkurang menjadi 82, 81, dan 79 gram. Selanjutnya pada waktu pengeringan 21 dan 24 jam, berat cabe menjadi 72 dan 60 gram.
Pada cabe dengan berat 150 gram, pada lama pengeringan 3, 6, dan 9 jam, berat cabe berkurang menjadi 144, 136, dan 132 gram, selanjutnya pada waktu pengeringan 12, 15, dan 18 jam, berat cabe menjadi 125, 123, dan 118 gram, dan pada pengeringan 21 dan 24 jam, berat cabe menjadi 105 dan 97 gram.
Dari hasil diatas, dapat diamati bahwa, kadar air yang terkandung didalam cabe terus berkurang dari awal proses pengeringan sampai akhir pengeringan, sehingga menyebabkan berat cabe terus berkurang.
Berdasarkan literatur, luas permukaan dapat mempengaruhi cepat nya proses pengeringan, dan pada percobaan kami, cabe dengan berat 150 gram, lebih banyak kehilangan kadar air, dan lebih cepat kering dibanding kan berat lainnya, karena luas permukaan pada cabe dengan berat 150 gram memang lebih besar dibandingkan dengan yang lainnya.

4.3  Pengecilan ukuran
Pengecilan ukuran dapat dibedakan menjadi pengecilan ukuran yang ekstrim atau penggilingan penecilan ukuran yang relatif masih berukuran lebih besar atau sering menjadi bentuk khusus atau pemotongan. Pengecilan ukuran merupakan usaha untuk mengurangi ukuran bahan dengan kerja mekanis, membaginya menjadi bagian-bagian yang lebih kecil ( Apriiyantano, 1989).
Pada praktikum pengecilan ukuran, alat dan bahan yang kami gunakan ialah blender, dan bahan yang digunakan ialah cabe hasil pengeringan dengan berat 50 gram.
Pada percobaan pertama pengecilan ukuran, berat cabe mula-mula yaitu 50 gram. Setelah dihalus dengan blender selama 1 menit, lalu kami memisahkan dengan ayakan, didapatkan hasil cabe yang lolos ayakan ialah 5 gram, dan yang tertinggal seberat 45 gram.
Lalu pada percobaan kedua, cabe yang tidak lolos ayakan dihaluskan lagi selama 1 menit, setelah pengayakan cabe yang lolos ayakan ialah seberat 5 gram, dan yang tertinggal diayakan ialah 40 gram.
Selanjutnya pada berat cabe 40 gram, kami melakukan penghalusan lagi dengan blender, dan hasil yang didapatkan, cabe yang lolos ayakan seberat 6 gram, dan yang tertinggal diatas ayakan ialah seberat 34 gram. Hasil keseluruhan cabe yang lolos ayakan ialah seberat 16 gram.
Berdasarkan literatur yang kami baca, praktikum pencampuran yang kami lakukan sesuai dengan literatur, yaitu pengecilan ukuran extrim dan relatif masih besar. Untuk pengecilan extrim pada hasil percobaan kami ialah cabe yang lolos ayakan sebanyak 16 gram. Dan pengecilan relatif masih besar adalah cabe yang tertinggal diayakan, sebanyak 34 gram.



4.4  Pencampuran
Pencampuran adalah suatu operasi yang menggabungkan dua macam atau lebih komponen bahan yang berbeda hingga tercapai suatu keseragaman.
Pada praktikum pencampuran, kami melakukan pencampuran bahan padat dengan padat, yaitu cabe dan bawang goreng, dengan perbandingan 1 : 1. Berat cabe yaitu 33 gram, dan bawang goreng 33 gram. Dengan waktu 1 menit pencampuran bahan.
Hasil dari pencampuran yang kami dapat ternyata belum didapatkan bentuk yang homogen, hal ini terjadi karena bahan yang kami campurkan merupakan padat-padat, dimana kedua bahan tersebut memilki bentuk yang sangat berbeda, sehingga sulit untuk mendapatkan hasil yang homogen.



BAB VI
PENUTUP

6.1  Kesimpulan
1.      Melakukan tindakan pengawasan mutu bahan dengan uji fisik dilakukan pada cabe dengan kategori sortasi cabe yang bagus, busuk dan patah.
2.      Menghitung laju pengeringan pada alat pengering rumah dapat dilakukan dengan menghitung perbandingan kehilangan berat cabe setiap 3 jam pengeringan. Dan rata-rata kehilangan berat cabe pada berat 50 gram ialah sebesar 2,875 gram, pada cabe 100 gram sebesar 5 gram, dan pada cabe 150 gram sebesar 6,625 gram disetiap 3 jam pengeringan.
3.      Untuk mengetahui indeks keseragaman dan tingkat kehalusan dapat dilakukan dengan cara menyaring bahan hasil pengecilan ukuran dengan ayakan. Dan hasil yang didapat dari praktikum pengecilan ukuran pada 50 gram cabe, hanya sebesar 16 gram yang lolos saringan dengan pengecilan ekstrim.
4.      Prinsip kerja dan operasi pencampuran bahan padat dengan padat ialah dengan cara mencampurkan cabe yang tidak lolos ayakan dengan bawang goreng dengan perbandingan 1 : 1. Dan tidak didapatkan hasil yang homogen, karena perbedaan bentuk masing-masing bahan.




DAFTAR PUSTAKA

Afrianti, Leni H.  2008. TeknologiPengawetanPangan. Bandung : Alfabeta

Apriyantono, Anton, dkk, 1989. Analisis Pangan  PusbangtepaIPB . Bogor.

Azwar. 1991. Pengeringan Produk. Jakarta : Erlangga
Buckle, et. al. 1987. Ilmu Pangan. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.

Desrosier, N. W. 1969. Teknologi Pengawetan Pangan. Penerjemah: Muchji

Earle, R.L. 1969. Satuan operasi dalam Pengolahan Pangan. Jakarta : PTSastra Hudaya.

Elin. 1992. Proses Pengeringan Suatu Produk.  Yogyakarta : Yudhistira.

Kanoni, Sri, 1999. Landout Viskositas TPHP. Jogjakarta : Universitas Gadjah Mada

Kartasapoetra. 1994 Penanganan  Hasil  Panen Tanaman  Obat  Komersial. Semarang Trubus Agriwidya,

Khatir, Rita, 2006. Penuntun Praktikum Fisiologi dan Teknologi Penanganan pencampuran bahan pangan. Jember : UNEJ

Pantastico, B. ER. 2002. FisiologiPascaPanen. Terjemahan : Kamariyani, 

Raharjo, M. 1976. Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian. Purwokerto. Gama Excata.

Santoso. 2009.  Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia.

Sathu, Suyanti.  2006. PenanganandanPengolahanBuah. Jakarta : PenebarSwadaya.

Shela. 2014. Petunjuk Praktikum Satuan Operasi. Jember: FTP UNEJ.

Stumbo, G.R., 1949. Teknologi Pangan. Jakarta : P.T. Sastra Hudaya.

Suharto, 1991. Teknologi Pengawetan Pangan. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Tjahjadi, C., dkk. 2011. Bahan Pangan dan Dasar-dasar Pengolahan. Jatinangor.Universitas Padjadjaran.

Widyastuti, Yuli. 1997, Penanganan Hasil Panen Tanman Obat Komersial. Semarang :  Trubus Agriwidya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Laporan Kimia Anorganik Pengenalan Alat-alat Laboratorium

Acara 1 : Pengenalan Alat-Alat Laboratorium BAB I PENDAHULUAN 1.1   Latar Belakang       Sebelum mulai melakukan pratikum d...